Langsung ke konten utama

Pergi Demi Masa Depan

 ðŸŽž️ Judul: Ia Pergi Demi Masa Depan... Tapi Saat Kembali, Gadis Itu Sudah Menikah dengan Sahabatnya

---

🎬 SEGMEN 1 – KEHIDUPAN SEDERHANA (Durasi ±1 menit)

> Latar: Bangku sekolah SD/SMP, lapangan desa, jalan setapak

Narator:

“Di desa kecil itu, Bayu, Laras, dan Reza tumbuh bersama. Mereka seperti benih yang disiram hujan — polos, hangat, dan tanpa rahasia.”

Dialog:

> Bayu (anak):

“Laras, kalau kita besar nanti... kamu masih mau main di sini nggak?”

Laras (anak):

“Tergantung... kamu masih suka ngambek nggak?” (tertawa)

Reza (anak):

“Hei, jangan lupakan aku! Aku yang paling jago main layangan, ingat?”

Bayu:

“Tapi aku yang paling pintar! Nanti aku kuliah ke luar negeri!”

Laras:

“Iya, iya... asal jangan lupa pulang, ya.”

> (Mereka tertawa bersama, larut dalam kebersamaan yang terasa abadi)

---

🎬 SEGMEN 2 – PERPISAHAN (Durasi ±2 menit)

> Latar: Terminal / stasiun / bandara sederhana

Narator:

“Tahun-tahun berlalu. Bayu dapat beasiswa. Impian yang dulu cuma lelucon kini jadi nyata. Tapi tak semua hal bisa ikut bersamanya.”

Dialog:

> Bayu (remaja):

“Lar... aku jadi berangkat. Besok pagi.”

Laras (menunduk):

“Cepet banget...”

Bayu:

“Aku takut nggak bisa bilang ini nanti di bandara. Jadi... makasih ya. Buat semua.”

Laras:

“Kenapa kamu nggak bilang lebih awal, Yu?”

Bayu (ragu):

“Aku takut kamu sedih...”

Laras (menahan air mata):

“Aku lebih sedih karena kamu nggak bilang.”

(hening)

Bayu:

“Kalau sudah sukses, aku pasti pulang. Aku akan jadi seseorang yang layak... untuk semuanya.”

Laras:

“Aku akan tunggu... kalau kamu serius.”

Narator:

“Laras tak tahu, Bayu hampir mengucap 'Aku cinta kamu.' Tapi keberanian itu... terlambat datang.”

---

🎬 SEGMEN 3 – KEMBALI KE DESA (Durasi ±2 menit)

> Latar: Rumah Laras, desa yang mulai berubah

Narator:

“Lima tahun kemudian... Bayu kembali. Bukan lagi sebagai remaja lugu, tapi pria mapan. Ia hanya ingin satu hal: menepati janji.”

Dialog (di depan rumah Laras):

> Bayu:

“Permisi...”

(Pintu dibuka oleh ibu-ibu. Lalu terdengar suara dari dalam)

Suara Reza:

“Sayang, itu temen lama aku. Bukain pintunya ya.”

(Laras muncul, terpaku)

Bayu:

“Laras...?”

Laras (pelan):

“Bayu... kamu pulang...”

(hening, suasana kaku)

Reza (datang membawa teh):

“Bro! Wah, kamu beneran balik. Masuk dong! Kenalin... ini istriku.”

(Bayu kaku. Matanya tak lepas dari Laras.)

Narator:

“Waktu tak menunggu siapa pun. Bahkan mereka yang berjanji untuk kembali...”

---

🎬 SEGMEN 4 – PENGAKUAN DAN PERPISAHAN (Durasi ±2 menit)

> Latar: Taman desa / warung kopi malam hari

Dialog:

> Bayu:

“Reza... kenapa kamu nggak bilang?”

Reza:

“Aku pikir kamu tahu. Kami lama dekat setelah kamu pergi. Tapi aku selalu merasa... kamu dulu suka Laras.”

Bayu:

“Aku memang suka. Tapi aku bodoh... aku nggak pernah bilang.”

Laras (datang, duduk perlahan):

“Bayu... aku pernah tunggu kamu. Lama. Tapi kamu nggak kembali-kembali.”

Bayu (menahan emosi):

“Aku datang hari ini. Tapi ternyata semuanya sudah selesai.”

Laras:

“Hati bisa menunggu... tapi waktu tidak.”

Bayu:

“Aku hanya ingin bilang satu hal... Aku cinta kamu. Dulu, dan sekarang.”

> (hening panjang)

Laras:

“Terima kasih... Tapi cinta yang datang terlambat, kadang harus dilupakan.”

---

🎬 SEGMEN 5 – PENUTUP PUITIS (Durasi ±1 menit)

> Latar: Bayu berjalan sendiri di jalan desa / memandangi bangku tua / pegang foto lama

Narator:

> “Bayu melangkah pelan... bukan karena lelah, tapi karena tak ada lagi yang harus dikejar.”

“Ia datang membawa harapan... tapi pulang membawa kenangan.”

“Dan kenangan tak bisa diulang, tak bisa dimenangkan.”

“Cinta kadang butuh keberanian... bukan hanya janji pulang.”

“Laras bukan lagi miliknya. Tapi cerita mereka... akan selalu hidup di hatinya"


Komentar

Postingan populer dari blog ini