Langsung ke konten utama

CEO menikahi gadis Kampung

Judul: Bayu Menikahi Gadis Desa – Versi Panggung Dialog Penggung

Segmen 1 – Rumah Sakit Desa (±3 menit)

Pencahayaan: Lampu fokus ke ranjang pasien, cahaya hangat agak redup.

(Ibu Sekar berbaring di ranjang. Sekar duduk di samping, menggenggam tangan ibunya. Dokter masuk dari kiri panggung.)

Ibu: (lemah) “Sekar… obatnya mahal sekali, Nak. Sudahlah, Ibu nggak apa-apa.”

Sekar: (menggenggam tangan ibu lebih erat) “Jangan bilang begitu, Bu. Aku pasti cari uangnya.”

Dokter: (membuka berkas) “Operasi ini biayanya… dua ratus juta rupiah. Kalau terlambat… risikonya besar.”

Sekar: (tertegun, menelan ludah) “Dua… ratus juta?”

Ibu: “Nak, kita mana punya uang segitu…”

Sekar: “Aku akan cari cara, Bu. Apa pun caranya.”

Ibu: (menggeleng) “Jangan lakukan hal bodoh, Sekar.”

Sekar: (tersenyum memaksakan diri) “Kalau untuk Ibu… nggak ada yang bodoh.”

(Lampu meredup, dokter keluar. Sekar berdiri, mengambil jaket, lalu berjalan cepat keluar.)

---

Segmen 2 – Pertemuan Tak Terduga (±4 menit)

Pencahayaan: Cahaya lampu hujan buatan, suara hujan deras. Bayu berdiri dengan payung hitam di depan pintu rumah sakit.

(Sekar keluar tergesa, menabrak Bayu.)

Sekar: “Maaf, saya nggak sengaja—”

Bayu: (menatap tajam) “Kamu Sekar? Yang tadi di ruang sebelah?”

Sekar: “Iya… kenapa?”

Bayu: “Aku bisa bantu biaya operasi ibumu.”

Sekar: (kaget) “Kenapa kamu mau—”

Bayu: “Syaratnya… menikah denganku. Pernikahan kontrak. Setahun saja.”

Sekar: (menarik napas dalam) “Kita bahkan baru kenal sepuluh menit…”

Bayu: “Aku butuh status. Kamu butuh uang. Setelah setahun, kita bercerai.”

Sekar: “Kamu ini siapa, tiba-tiba…”

Bayu: (dingin) “Itu urusanku. Yang jelas, tawaran ini cuma sekali.”

Sekar: (diam lama, menunduk) “Kalau itu satu-satunya cara… aku setuju.”

Bayu: “Besok pagi, kantor catatan sipil. Jangan terlambat.”

(Bayu berjalan pergi. Sekar menatap punggungnya, bingung.)

---

Segmen 3 – Pernikahan Rahasia (±2 menit)

(Panggung: Dua kursi di depan meja catatan sipil, seorang petugas mencatat.)

Petugas: “Tanda tangan di sini… dan di sini. Selesai.”

Bayu: “Kirim salinannya ke saya.”

Sekar: “Itu saja?”

Bayu: “Itu saja. Mulai sekarang, kita suami istri… di atas kertas.”


(Bayu keluar. Sekar duduk sebentar, memegang buku nikah, lalu tersenyum getir.)

---

Segmen 4 – Sekar di Dunia Baru (±4 menit)

Pencahayaan: Lampu terang kantor, suara latar mesin printer, telepon, dan orang mengetik. Meja dan kursi kantor diatur rapi.

(Sekar masuk dari kanan panggung, membawa map dan tas. Ia terlihat kagum, menatap interior kantor yang megah.)

Sekar: (berbisik pada diri sendiri) “Wah… kantornya besar sekali… kalau Ibu lihat pasti bangga.”

(Rina berjalan mendekat sambil memegang cangkir kopi. Tatapannya dari ujung kaki sampai kepala Sekar.)

Rina: “Eh, kamu karyawan baru ya? Baru hari pertama?”

Sekar: “Iya, saya trainee di sini.”

Rina: (menyeruput kopi, lalu tersenyum sinis) “Trainee? Tanpa gelar S1? Hebat banget bisa masuk.”

Sekar: “Kenapa? Perusahaan ini nggak menerima yang cuma lulusan SMA?”

Rina: “Hmm… biasanya sih nggak. Kecuali… ada orang dalam.” (menatap tajam)

Sekar: “Kalau pun ada yang bantu masuk, tetap harus kerja kan?”

Rina: (tersenyum miring) “Semoga kamu kuat. Di sini nggak gampang bertahan.”

(Telepon di meja Rina berdering. Rina mengangkatnya sebentar, lalu menutup telepon sambil melirik Sekar.)

Rina: “Oh iya, meja kerjamu di ujung sana. Jangan lupa isi formulir dari HR.”

Sekar: “Baik, terima kasih.”

(Sekar berjalan melewati beberapa meja, beberapa pegawai berbisik-bisik melihatnya. Bayu lewat di belakang, berhenti sejenak melihat Sekar, lalu berjalan lagi tanpa bicara. Sekar tidak menyadari.)

Pegawai 1: (berbisik) “Itu yang baru masuk?”

Pegawai 2: “Iya… katanya nggak kuliah. Aneh ya bisa sampai di sini.”

Pegawai 1: “Pasti ada yang backing.”

(Sekar duduk di meja, membuka map, dan mulai menulis. Ia menarik napas dalam-dalam.)

Sekar: (monolog) “Nggak peduli mereka bilang apa. Aku di sini untuk kerja… bukan untuk cari muka.”

(Lampu meredup, musik transisi ke segmen berikutnya.)


Segmen 5 – Ujian Pertama (±4 menit)

Pencahayaan: Lampu rapat, meja panjang di tengah panggung, proyektor menyala.

Sekar: “Kalau kita ubah konsep promosi ini, keuntungan bisa naik 20%.”

Jefri: (menyela) “Ide itu punyaku! Dia mencuri!”

Sekar: “Bohong! Semua data aku kerjakan sendiri, lengkap dengan survei.”

Pegawai Lain: (berbisik) “Waduh, ribut lagi…”

Bayu: (dingin, menatap Jefri) “Bawa bukti. Kalau tidak ada, anggap ini fitnah.”

Jefri: (terdiam) “…Tidak ada.”

Bayu: “Mulai hari ini, jangan ada yang berani meremehkan dia. Rapat selesai.”

(Bayu keluar. Sekar memandangnya, bingung kenapa ia begitu membela.)

---

Segmen 6 – Fitnah Besar di Acara Amal (±5 menit)

Pencahayaan: Lampu gala, banner “Malam Amal Perusahaan”. Musik latar meriah.

(Sekar naik panggung, menerima penghargaan. Jefri tiba-tiba naik.)

Jefri: “Penghargaan ini? Dia curi dana amal!”

Sekar: “Itu fitnah!”

Bayu: (naik ke panggung) “Ada saksi?”

(Saksi 1, 2, 3 masuk bergantian, membawa berkas.)

Saksi 1: “Bantuan sampai ke panti asuhan kami, semua sesuai daftar.”

Saksi 2: “Sekolah kami terima semua barang tepat jumlah.”

Saksi 3: “Pos bantuan kami mencatat setiap item. Tidak ada yang hilang.”

Bayu: (menatap Jefri) “Sekar bersih. Kamu keluar dari perusahaan.”

---

Segmen 7 – Rahasia Terungkap (±3 menit)

(Lampu remang, halaman belakang gedung.)

Bayu: “Sekar… ingat pria yang menikahimu setahun lalu?”

Sekar: “…Kamu?”

Bayu: (tersenyum tipis) “Bodoh. Kamu sampai lupa wajah suamimu.”

Sekar: “Aku pikir ini cuma kontrak…”

Bayu: “Awalnya iya. Sekarang, aku mau selamanya.”

Sekar: (menangis) “Bayu…

---

Segmen 8 – Akhir Bahagia (±2 menit)

Sekar: “Kalau begitu… janji jangan lepaskan aku.”

Bayu: “Itu janji.”

(Mereka berpelukan. Musik romantis. Lampu perlahan meredup. Tirai menutup.)

---


Kalau kamu mau, aku bisa lengkapi ini dengan daftar properti per segmen + layout panggung supaya siap dipakai tim produksi.

Mau aku buatkan daftar propertinya juga?


Komentar

Postingan populer dari blog ini