Langsung ke konten utama

Kisah Cinta Rudi dan Desi Bab 1

 Bab 1 — Pertemuan Pertama

Hujan baru saja reda ketika Rudi mengayuh sepeda motornya perlahan menyusuri gang sempit yang dipenuhi genangan air. Tangannya masih dingin, meski jaket tebal membungkus tubuhnya. Di tangannya tergenggam alamat yang dituliskan Bu Rini, ibu dari calon murid barunya.

"Rumah nomor 17, cat biru, ada pot bunga di depan pagar," ingat Rudi dalam hati.

Saat tiba di depan rumah itu, ia sempat ragu. Rumahnya tampak sederhana, tapi bersih dan terawat. Ada tanaman-tanaman kecil di rak kayu buatan tangan, dan suara radio dari dalam rumah terdengar samar-samar. Ia mengetuk pintu pelan.

Tak lama, seorang perempuan sekitar lima puluhan membukakan pintu.

“Kamu Rudi ya? Yang dari kampus negeri itu?” tanya Bu Rini sambil tersenyum ramah.

“Iya, Bu. Saya yang akan bantu Desi belajar matematika,” jawab Rudi, membalas senyuman itu.

Tak lama kemudian, muncullah Desi—berdiri di ambang pintu kamar dengan seragam SMA yang sudah diganti dengan kaus rumah. Rambutnya diikat asal-asalan, tapi mata itu… mata itu tajam dan tenang, seperti sudah terbiasa mengamati tanpa banyak bicara.

“Halo,” sapa Rudi singkat, sedikit kikuk.

Desi hanya mengangguk pelan. Senyum kecil mengulas bibirnya, sekilas. “Kita mulai sekarang?”

Mereka duduk berdua di ruang tamu yang diubah menjadi ruang belajar seadanya. Buku-buku terbuka, suara pensil beradu dengan kertas mulai terdengar. Awalnya hening, kaku, dan formal. Tapi tak butuh waktu lama sebelum Desi mulai melemparkan komentar ringan tentang soal-soal yang membingungkan, dan Rudi tertawa kecil menanggapi.

"Kalau soal seperti ini keluar di ujian, aku bisa langsung nyerah," gumam Desi.

“Jangan gitu. Kamu kan punya aku sekarang,” kata Rudi, spontan.

Desi menoleh cepat. Tatapan mereka bertemu sejenak—canggung, tapi hangat. Rudi cepat-cepat menunduk dan kembali ke bukunya, sementara Desi diam-diam tersenyum sambil memainkan ujung pulpen di tangannya.

Hari itu, pertemuan pertama mereka mungkin terasa biasa saja bagi dunia luar. Tapi bagi dua hati yang sedang diam-diam mulai saling menoleh, itu adalah awal dari cerita yang belum mereka tahu akan membawa mereka ke arah mana.

Komentar

Postingan populer dari blog ini