Langsung ke konten utama

Siti Gadis Muslimah

 Siti adalah seorang gadis yang baru masuk usia remaja. Kehidupan di lingkungan yang Islami membuatnya membatasi diri dalam bergaul. Dia tumbuh sebagai sosok yang pendiam namun penuh rasa ingin tahu terhadap dunia luar yang lebih luas dari lingkungannya.

Pada suatu hari, di tengah perjalanan pulang dari masjid, Siti tak sengaja menjatuhkan buku doa miliknya di pinggir jalan. Saat ia hendak mengambilnya, sebuah tangan yang kokoh namun lembut lebih dahulu meraih buku itu. Ketika Siti mengangkat wajah, di depannya berdiri seorang pria muda dengan senyuman yang menenangkan hati. Mata pria itu teduh, seolah-olah memancarkan kehangatan yang tak biasa.

Hati Siti berdegup kencang. Namun, seperti biasa, ia menundukkan pandangannya, menjaga sikapnya agar tetap sesuai ajaran. Pria itu menyerahkan buku doa miliknya sambil berkata, “Bukunya jatuh, semoga tidak kotor.” Suaranya lembut, tetapi cukup untuk membuat Siti merasa seluruh dunianya berubah. Dia hanya mampu mengangguk pelan, membisikkan terima kasih tanpa berani menatap wajah pria itu lagi.

Setelah kejadian itu, hati Siti dipenuhi berbagai pertanyaan. Siapa pria itu? Mengapa ia terasa begitu akrab di hati, meskipun mereka baru pertama kali bertemu? Siti berusaha mengabaikan rasa yang terus bergolak, namun setiap kali ia melewati jalan itu, hatinya berharap bisa bertemu lagi.

Hari-hari berlalu, dan akhirnya mereka bertemu lagi di sebuah acara kajian di masjid. Kali ini, Siti tidak bisa menghindar. Pria itu tersenyum ketika menyadari kehadirannya dan mendekati untuk menyapa. Ternyata, pria itu bernama Hamzah, seorang mahasiswa yang sedang belajar di kota tempat Siti tinggal. Ia sering datang ke masjid tersebut untuk mengikuti kajian.

Percakapan yang awalnya canggung perlahan berubah menjadi lebih hangat. Hamzah bercerita tentang perjalanannya dalam mencari ilmu dan bagaimana ia ingin mengabdikan hidupnya untuk kebaikan. Siti mendengarkan dengan penuh perhatian, tanpa menyadari bahwa setiap kata yang Hamzah ucapkan semakin memperkuat ketertarikannya.

Namun, di balik itu semua, Siti tetap menjaga hatinya. Ia tahu bahwa perasaan ini adalah ujian baginya. Ia berdoa agar Allah memberinya petunjuk, apakah pertemuannya dengan Hamzah adalah bagian dari takdir yang indah, ataukah hanya sebuah pelajaran untuk menguatkan imannya.

Hubungan mereka tetap terjaga dalam batasan, saling mendoakan dalam kebaikan, hingga akhirnya waktu yang akan menjawab apakah mereka ditakdirkan untuk bersama atau hanya menjadi bagian dari kisah perjalanan hidup masing-masing.


Komentar

Postingan populer dari blog ini