Langsung ke konten utama

Postingan

Kisah Ki Yusuf Ansor

Siapa yang belum kenal Ki Yusuf Ansor, bagi pecinta wayang tentu kenal dengan anak muda ini, karena namanya sudah tenar di kalangan penggemar wayang kulit. Dalang Cilik Asal Gunung kidul ini  Dianggap Mirip Ki Seno Nugroho terutama suaranya dalam menirukan suara Panokawan Gareng, Petruk dan Bagong.  Muhammad Yusuf Anshor Khairudin, adalah dalang cilik yang berasal dari Dusun Jeruklegi, Katongan, Nglipar, Gunungkidul. Yusuf sering mengikuti Sang Legenda menjadikan Bagong sebagai salah satu tokoh sentral dalam pementasan. Ini salah satu pagelaran wayang kulit dengan dalang ki Yusuf Ansor di suatu desa. Pada suatu pagelaran wayang yang ke sekian kalinya. Iringan musik disambut nyanyian enam pesinden yang duduk di sisi kanan layar tempat pergelaran wayang berlangsung. Di tengah-tengah kelir duduk anak berusia 15 tahun mengenakan pakaian Jawa dengan keris yang terselip di bagian punggung. Muhammad Yusuf Anshor Khairudin tampil di tanah kelahirannya untuk peringatan syawalan. Seb...

Elisa Orcarus Alasso

Bagi pecinta wayang kulit tentu saja sangat kenal dengan yang namanya Elisa Orcarus Alasso. Nama lengkapnya Elisha Orcarus Alasso adalah sinden kondang yang kerap manggung sebagai bintang tamu di pertunjukan wayang kulit.  Elisha pintar mencuri perhatian penonton karena selain berwajah cantik juga pandai membuat lelucon di panggung. Karena itu  penggemarnya melimpah terutama di sosial media.  Sebagai orang Sulawesi E lisha tergolong unik, walaupun kurang fasih berbicara bahasa Jawa, tetapi mempunyai suara yang cukup bagus dalam menyanyikan lagu lagu jawa sebagai sinden. Suaranya halus dibalut nada-nada tinggi saat melantunkan tembang-tembang Jawa. Karena budaya yang berbeda,  gaya bicara Elisha ceplas-ceplos tanpa tedeng aling-aling. Tetapi justru itu yang membuat penonton suka dan menjadi lucu. Berikut ini salah satu videonya di mana Elisa memperkenalkan diri sebagai orang Sulawesi: Elisa diorbitkan oleh dalang Kondang Ki Seno Nugroho, sewaktu masih kuliah di I...

Dewi Mega Prastiwi

Namanya Dewi Mega Prastiwi Usianya baru menginjak 17 tahun saat ini (2024),  namun, Dewi Mega Prastiwi telah sibuk manggung di berbagai daerah. Baik sebagai penyanyi Campursari atau sebagai Sinden pada pentas wayang kulit. Remaja dengan perjuangan yang gigih dengan panggilan Mega ini bisa menyanyi dengan suara yang merdu, ada usaha dan jerih payah yang dia lalui. Ada dukungan orang-orang terkasih yang senantiasa mengalir. Sejak usia SD ia memang sudah nampak punya bakat. Di sekolah Mega sering ikut dalam aneka lomba menyanyi. Prestasi kejuaraan banyak ia dapatkan. Bukan kebetulan, kedua orang tuanya, Ribut dan Sunarti memasukkan Mega ke Sanggar Jodipati di Padukuhan Ngaron, Kalurahan Tambakromo, Kapanewon Ponjong, Kabupaten Gunungkidul. Meski dari tempat tinggalnya di Padukuhan Sawit Kidul, Kalurahan Gombang, cukup jauh, ayahnya tak pernah keberatan mengantar dan menunggu Mega latihan. Mega belajar banyak dari Roni Ahmad Wahyudi dan Pak Puji Waluyo. Gemblengan keduanya mengantarka...

Kisah Sinden Tatin Lestari Handayani

Bagi penggemar wayang kulit tentunya sangat mengenal dengan yang namanya Tatin Lestari Handayani, yang merupakan sinden kondang sejak bersama ki Seno Nugroho almarhum. Sinden Tatin ini satu satunya sinden ki Seno Nugroho yang mempunyai banyak nama panggilan seperti mbak Tatin Eii, Tatin tithot (kalau ini memang nama akun youtubenya dia). Tapi tidak semua nama panggilan bagi Tatin membuatnya senang, ada beberapa nama panggilan lain yang tidak usah disebutkan disini karena mbak Tatin sendiri kurang menyukainya.  Tatin Lestari Handayani lahir di Kota Magelang yang dibesarkan oleh budenya ya, ada nih videonya tentang kisah kecilnya. Tatin kalau di panggung sering gojegan dengan ki Seno, ya seringnya sih Tatin yang diledekin sama pak Seno, walaupun kadang juga Tatin membalas dengan gurauan yang lucu juga.  Dari seringnya bercanda di panggung inilah yang membuat nama Tatin semakin dikenal oleh penggemar wayang kulit terutama.  Tatin semula kurang suka dengan menjadi sinden, t...

Siti Gadis Muslimah

 Siti adalah seorang gadis yang baru masuk usia remaja. Kehidupan di lingkungan yang Islami membuatnya membatasi diri dalam bergaul. Dia tumbuh sebagai sosok yang pendiam namun penuh rasa ingin tahu terhadap dunia luar yang lebih luas dari lingkungannya. Pada suatu hari, di tengah perjalanan pulang dari masjid, Siti tak sengaja menjatuhkan buku doa miliknya di pinggir jalan. Saat ia hendak mengambilnya, sebuah tangan yang kokoh namun lembut lebih dahulu meraih buku itu. Ketika Siti mengangkat wajah, di depannya berdiri seorang pria muda dengan senyuman yang menenangkan hati. Mata pria itu teduh, seolah-olah memancarkan kehangatan yang tak biasa. Hati Siti berdegup kencang. Namun, seperti biasa, ia menundukkan pandangannya, menjaga sikapnya agar tetap sesuai ajaran. Pria itu menyerahkan buku doa miliknya sambil berkata, “Bukunya jatuh, semoga tidak kotor.” Suaranya lembut, tetapi cukup untuk membuat Siti merasa seluruh dunianya berubah. Dia hanya mampu mengangguk pelan, membisikkan ...

Parfum Nagita Slavina

Temukan pesona elegan dalam setiap semprotan!   Sekarang, kamu bisa tampil percaya diri dengan aroma eksklusif parfum Nagita Slavina.   BELI 1 GRATIS 1  Beli parfum favoritmu, dan dapatkan 1 parfum tambahan GRATIS!   Tersedia dalam stok terbatas,  jadi jangan sampai kehabisan!  Pesan sekarang ya, sebelum kehabisan!

Umi Hafifah Sinden Berbakat

Bagi penggemar wayang kulit tentu tidak asing dengan nama sinden Umi Hafifah. Karena Umi Hafifah ini merupakan sinden yang sering diundang sebagai bintang tamu bersama dalang terkana lainnya dalam pertunjukan wayang kulit. Dari usia Sekolah Dasar Umi Hafifah Sering menjuarai Lomba Macapat, hal inilah yang membuat Umi Hafifah tertarik untuk menjadi seorang sinden. Umi Hafifah yang akrab disapa Umi mulai berlatih mengolah vokal setelah dirinya juara 1 Lomba Macapat se-Kabupaten Ponorogo. Umi mengatakan, dirinya menekuni dunia sinden sejak duduk di bangku Sekolah Dasar. Dirinya telah banyak menjuarai lomba Nembang Macapat. Karena hal itu, ia mendapatkan banyak tawaran untuk pentas bersama Dalang Gatot Purnomo “Saya mulai kelas 4 SD dapat juara 1 lomba Nembang Macapat, kelas 5 SD saya diajak wayangan pertama kali dengan Dalang Gatot Purnomo. Akhirnya dari situ saya terus diajak pentas sampai kelas 2 SMP,” ungkap gadis cantik kelahiran Ponorogo, 1 Mei 2004 ini. Dikatakan, setelah duduk di b...